Sebagai orang tua, kebahagiaan anak tentu menjadi prioritas. Namun, apakah membahagiakan anak berarti menuruti semua keinginannya tanpa batas? Dalam Islam, mendidik anak adalah amanah yang besar, bukan hanya untuk kebahagiaan mereka di dunia, tetapi juga untuk kebahagiaan di akhirat. Pola asuh yang terlalu permisif—tanpa aturan, tanggung jawab, atau pembiasaan adab—bukanlah bentuk kasih sayang, melainkan bisa menjadi awal dari rusaknya akhlak dan arah hidup anak.
Apa yang Terjadi Jika Semua Keinginan Anak Dituruti?
Membiarkan anak tumbuh tanpa aturan jelas tidak hanya berbahaya bagi karakternya, tetapi juga dapat melemahkan akhlaknya sebagai seorang Muslim. Beberapa akibat dari pola asuh yang terlalu bebas adalah sebagai berikut:
-
Tidak Menghargai Aturan dan Adab
Dalam Islam, kedisiplinan adalah bagian dari adab yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Misalnya, mengajarkan anak untuk bangun pagi, shalat Subuh, dan menjalani rutinitas harian dengan teratur adalah cara mengenalkan kedisiplinan sekaligus adab terhadap waktu.
Namun, jika anak dibiarkan bangun siang sesuka hati, makan kapan saja, atau bermain tanpa batasan, mereka akan kesulitan memahami pentingnya aturan, baik aturan dunia maupun syariat Allah. -
Tantrum yang Selalu Dituruti, Hilangnya Rasa Syukur dan Sabar
Ketika anak merengek atau tantrum untuk mendapatkan mainan atau permen, sering kali orang tua memilih menyerah demi menghindari keributan. Padahal, Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kesabaran adalah akhlak yang sangat mulia.
Jika anak selalu dituruti, mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa emosi negatif adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ini tidak hanya mengikis rasa syukur tetapi juga menghalangi mereka belajar mengendalikan diri. -
Tidak Memahami Tanggung Jawab sebagai Amanah
Anak yang tidak pernah diberi tugas kecil, seperti merapikan mainan atau membantu menyapu, akan tumbuh tanpa memahami konsep tanggung jawab. Dalam Islam, tanggung jawab adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Jika anak tidak dibiasakan mengemban tanggung jawab kecil, bagaimana mereka akan memahami amanah yang lebih besar di masa depan?
Pentingnya Menyelaraskan Pola Asuh dengan Kakek-Nenek
Dalam keluarga besar, kakek-nenek sering kali ikut terlibat dalam pengasuhan anak. Meski kehadiran mereka sangat berharga, tidak jarang terjadi perbedaan cara pandang tentang pola asuh. Orang tua mungkin sudah berusaha menerapkan pola asuh Islami yang disiplin, tetapi kakek-nenek sering kali memberi kelonggaran dengan alasan, “Kasihan, masih kecil,” atau “Biar senang saja.”
Untuk menyelaraskan pola asuh, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
-
Berkomunikasi dengan Santun
Jelaskan kepada orang tua kita (kakek-nenek anak) bahwa pola asuh Islami adalah amanah yang besar. Sampaikan dengan lembut bahwa anak-anak perlu diajarkan disiplin, tanggung jawab, dan adab sejak dini. Misalnya, Anda bisa mengatakan:“Mah, Pah, kami ingin anak-anak belajar tanggung jawab dan disiplin. Ini juga bagian dari ajaran agama, jadi kami berharap kita bisa bersama-sama mendidik mereka dengan cara ini.”
-
Memberi Pemahaman tentang Akhlak Islami
Ajak kakek-nenek untuk melihat pola asuh Islami sebagai cara mempersiapkan anak menghadapi masa depan, bukan sekadar membuat mereka bahagia saat ini. Jelaskan bahwa anak yang terbiasa dengan adab dan aturan akan lebih mudah menjalankan perintah Allah di masa depan. -
Tetap Hormat, Tetapi Konsisten
Sebagai anak, kita tetap wajib menghormati orang tua kita. Namun, dalam hal pengasuhan anak, tidak ada salahnya untuk bersikap tegas jika ada perbedaan prinsip. Pastikan Anda dan pasangan konsisten dalam menerapkan aturan, sehingga anak tidak bingung atau mencoba memanfaatkan perbedaan tersebut.
Langkah-Langkah Membentuk Akhlak Islami pada Anak
-
Rutinitas Ibadah Sejak Dini
Biasakan anak untuk shalat tepat waktu, membaca doa sehari-hari, dan menghafal dzikir pendek. Jadikan ibadah sebagai bagian dari rutinitas keluarga, sehingga anak melihatnya sebagai kebutuhan, bukan kewajiban semata. -
Tanggung Jawab sebagai Amanah
Berikan anak tugas sederhana sesuai usia mereka, seperti merapikan tempat tidur atau membantu membawa piring ke dapur. Jelaskan bahwa setiap tugas adalah amanah, yang jika dilakukan dengan baik, akan mendatangkan pahala dari Allah. -
Adab dalam Kehidupan Sehari-Hari
Ajarkan adab Islami, seperti mengucapkan salam, makan dengan tangan kanan, atau berkata sopan. Hal-hal kecil ini akan membentuk karakter anak sebagai Muslim yang berakhlak mulia. -
Memberi Contoh Nyata
Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Tunjukkan kesabaran, rasa syukur, dan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka meniru akhlak baik ini tanpa merasa dipaksa.
Penutup
Sebagai Muslim, mendidik anak bukan hanya tentang kebahagiaan di dunia, tetapi juga tentang membimbing mereka menjadi hamba Allah yang diridhai. Pola asuh tanpa aturan mungkin terlihat menyenangkan di awal, tetapi dampaknya bisa merugikan di masa depan, baik untuk karakter anak maupun akhlaknya.
Selain itu, penting untuk melibatkan kakek-nenek dalam pola asuh yang Islami, agar pesan yang diterima anak konsisten dan sejalan. Dengan aturan yang tegas, cinta yang tulus, dan nilai-nilai agama yang diterapkan dalam keseharian, kita dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan berakhlak mulia.
Semoga tulisan ini menjadi inspirasi untuk memperbaiki pola asuh kita dan menciptakan generasi Muslim yang berakhlak baik. 😊